Minggu, 15 Mei 2016

PERIODE EMAS PADA BALITA


 PERIODE EMAS PADA BALITA 
(GOLDEN AGE PERIOD)


  Desmita (2006) Umumnya ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari periode pascanatal. Masa bayi sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. White dalam Hurlock (1980) menjelaskan bahwa dasar-dasar yang diletakan selama 2 tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Menurut White, sumber kemampuan manusia ditemukan dalam masa kritis antara delapan dan delapan belas bulan. Selanjutnya, diterangkan bahwa pengalaman-pengalam anak selama rentang waktu itu lebih menentukan kemampuan dikemudian hari dari pada sebelum dan sesudahnya.
  Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kira-kira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakapcakap) (Theo & Martin, 2004).
 Hasil studi dibidang neurologi mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun (Osborn, White, dan Bloom). Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anakanak usia dini.
Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disiasiakan. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah usia SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (martini, 2006).
Perkembangan dan Stimulus untuk Motorik Halus dan Motorik Kasar



Perkembangan keterampilan motorik pada masa bayi dapat distimulasi dengan cara bayi dibiarkan beberapa saat pada saat awal belajar mengangkat dagu dan dada sambil tengkurap, sebaiknya dilakukkan setiap hari agar leher anak menjadi lebih kuat. Stimulasi lainnya yaitu mulai dari anak belajar duduk dengan bantuan, berjalan dan berlari maka yang harus dilakukkan orang tua adalah membiarkan anak beberapa saat untuk belajar duduk, berdiri sampai pada usia tertentu belajar berjalan. Lerner & Hultsch (1983).
Perkembangan dan Stimulasi Emosi
Tugas orang tua adalah bagaimana caranya anak agar selalu terpelihara perasaannya sehingga suasana bathinnya akan terjaga. Sebaiknya orang tua memberikan stimulus dengan cara membiasakan anak berkomunikasi dengan baik sehingga anak diterima di lingkungannya karena dapat mengungkapkan perasaannya dengan benar. Perkembangan emosi bayi pada usia tertentu dan ekspresi emosi yang ditampilakan adalah : 0 samapi 1 bulan; Senyuman sosial, 3 bulan; senyuman, 3 – 4 bulan; kehati-hatian, 4 bulan; keheranan, 4 – 7 bulan; kegembiraan, kemarahan, 5 – 9 bulan; ketakutan dan 18 bulan sudah dapat menunjukkan ekspresi malu. (Izard, 1982)
Musical Intelligence ( Inteligensi Musik)
      Kecerdasan Musik yaitu kepekaan terhadap bunyi dan ritme. Bagian otak yang dapat memerankan pemahaman dan penciptaan music adalah otak bagian kanan. Kecerdasan ini mengindikasikan bahwa belajar yang terbaik bagi mereka ini adalah melalui musik. (Gardner 1993 dalam Syarief, 2006) Intelegensi musik dapat distimulus memalui menari, dan olah raga yang mempergunakan lagu dan instrument musik. Anak yang intelegensi musiknya tinggi
mempunyai kepekaan mendengarkan nada dan ritme musik. Intelegensi musik dipastikan pada hemisphere otak kanan, khususnya pada kwadran ke IV dari otak. Keruskan pada hemisphere otak kanan akan mengakibatkan anak tidak mampu bermain musik. (Tientje, Iskandar, 2004)
Intelligensi Visuo Spasial
Kecerdasan Spasial adalah berpikir dalam arti ruang secara fisik. Ciri khusus dari kecerdasan spasial adalah pemahaman tentang arah, serta berpikir dan merencanakan sesuatu dalam tiga dimensi. (Gardner 1993). Anak yang mempunyai intelegensi yang tinggi dalam Visio Spasial mempunyai kepekaan terhadap unsur utama garis, bentuk, volume, ruang, keseimbangan, cahaya, bayangan, harmoni, pola dan juga warna. Anak yang dominan Visio Spasial akan lebih mudah menangkap pelajaran bila disajikan dalam bentuk gambar dan warna.
Intelligensi Visio Spasial mempunyai pusat di otak sebelah kanan, khususnya di kwadran III. Bentuk intelegensi ini menunjukkan tingkat yang lebih tinggi, karena mampu membayangkan bentuk dalam 2 - 3 dimensi, pada anak dapat distimulus dengan permainan mewarnai, mengggambar, main catur, imajinasi, puzzle, menonton film dll. .(Tientje, Iskandar, 2004)
Intelligensi linguistik-verbal



Kecerdasan Verbal atau berbahasa yaitu kemampuan menggunakan kata-kata. Bakat bahasa adalah universal dan perkembangannya pada anak-anak konstan pada seluruh budaya. Seseorang dengan kecerdasan ini suka menjelaskan, membujuk dan juga menikmati mendengar atau membaca cerita-cerita, dan sajak serta mampu untuk mengingat nama dan tanggal kejadian peristiwa. (Gardner 1993 dalam Syarief, 2006).
 Bahasa manusia terdiri dari beberapa aspek yang berbeda. Setiap aspek berhubungan dengan aturan formulasi daerah atau tempat bahasa itu berasal. Aspek-aspek tersebut adalah fonologis, sinonim, antonym, sintaksis, semantic dan pragmatik, vokabuiler, analogi, similarfiti, informasi dsb. Aspek fonologis adalah yang berhubungan dengan bunyi. Pengetahuan tentang bunyi akan membuat anak mampu mengucapkan, menggabungkan dan dapat membuat tekanan pada bunyi-bunyi secara tepat. (Hughes, Noppe, & Noppe, 1988)
Intellegensi intrapersonal
Intellegensi intrapersonal adalah pengetahuan akan perasaan yang sangat mendalam, intuisi, emosi, keinginan, motivasi, keinginan, motivasi dan tujuan dari dirinya sendiri. Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal yang baik memungkinkan mereka memahami dan bekerja dengan orang lain. Mereka ini adalah kelompok yang dapat melakukan refleksi diri, cerdas merencanakan untuk dirinya dan menetapkan tujuan yang akan dicapainya sendiri. (Gardner 1993 dalam Syarief, 2006).
Anak perlu dibantu agar dapat mengendalikan diri dan mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat. Orang tua dan guru; perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanggung jawab pada perilaku yang dilakukannya, perlu menanamkan pemahaman bahwa kenyamanan dan ketidaknyamanan pada diri anak adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Diperlukan kesabaran dan keyakinan orangtua dan guru untuk memberi kesempatan anak mencari solusi terhadap problemnya. (Tientje, Iskandar, 2004)


Daftar Pustaka


Desmita, 2006, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya Bandung

Gardner, Howard (1993) Multiple Intellegency Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Hurlock, Elizabeth B edisi 5 (1980), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan  Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta

Lerner & Hultsch (1983), Human Development. A Life-span Prespective, New York,
McGraww-Hill Book Company

Martini, J. Perkembangan Pengembangan Anak Usia Taman KanakKanak:pedoman bagi orang tua dan guru. 2006. Jakarta: PT Grasindo.

Nurlaila, N.Q Mei Tientje, Yul Iskandar, 2004, Pendidikan Anank Dini Usia (PADU) untuk
mengembangkan Multipel Intelegensi, Dharma Graha Press

Syarief H, dkk 2006, Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini yang Holistik
dan Terintegrasi, Staf Ahli Meneg PPN Bidang SDM dan Kemiskinan, Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENAS

Theo, R & Martin, H. Pendidikan Anak usia dini: tuntunan psikologis dan pedagogis bagi pendidik dan orang tua. 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Tizard, I.R. 1982. An Introduction to Veterinary Immunology. 2nd Edition. W.B. Saunders Company. USA

0 komentar:

Posting Komentar