Pengertian
Asam
asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di
Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang
diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, apel, kulit nanas,
pulp kopi, dan air kelapa. Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut
sebagai vinegar yang berarti sour wine. Vinegar berasal dari bahasa Perancis,
vindiger (vin=wine, digger=sour). Pada saat ini cuka atau vinegar dibuat dari
bahan kaya gula seperti buah anggur, apel, nira kelapa, malt, gula sendiri
seperti sukrosa dan glukosa, dimana pembuatannya melibatkan proses fermentasi
alokohol dan fermentasi asetat secara berimbang
Cuka
Cuka
adalah larutan encer asam asetat yang dihasilkan melalui dua tahap fermentasi,
yaitu proses fermentasi gula menjadi etanol oleh sel khamir dan proses oksidasi
etanol menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat. Cuka dapat dibuat dari
berbagai jenis bahan yang menghasilkan larutan atau sari (juice) yang
mengandung gula, terutama jenis gula yang dapat difermentasikan, antara lain buah
– buahan. Selain itu bahan yang mengandung pati seperti serealia dan umbi – umbian
juga dapat digunakan setelah terlebih dahulu dilakukan proses sakarifikasi,
yaitu proses perubahan pati menjadi gula – gula sederhana. Untuk menghasilkan
cuka dengan konsentrasi asam asetat yang diinginkan, substrat yang digunakan
harus mengandung gula dalam jumlah yang cukup. Substrat dengan kandungan gula
yang rendah dapat ditambah dengan gula dari bahan lain atau dipekatkan dengan
penguapan. Cuka digunakan sebagai bahan penimbul rasa dan bahan pengawet. Daya
pengawet cuka disebabkan karena kandungan asam asetatnya. Tiga jenis bahan baku
yang dapat digunakan ,yaitu: Bahan
berkadar gula rendah, bahan berkadar gula tinggi dan bahan berkadar pati tinggi
Faktor Faktor yang Diperhatikan
dalam Pembuatan Vinegar (Asam Asetat) Pada Umumnya
a. Pemilihan
mikroba
Bakteri yang dapat memenuhi syarat yaitu
yang produktivitasnya tinggi dan mempunyai rasa enak. Sebagai contoh Bacterium
schutzen bachil / Baterium cuvrum biasanya dipakai untuk memproduksi asam cuka
biasanya dipakai asam cuka dari etanol dengan quick vinegar process, sedang
Bacteruim orleanense pada proses Orleans (proses lambat)
b. Kualitas bahan dasar
Sebagai bahan dasar adalah semua bahan
yang dapat difermentasikan menjadi alkohol.bisa dari jus buah buahan seperti
buah apel, anggur, jeruk, bahan bahan bergula , beer, anggur/ wine.
c. Fermentasi oleh yeast
Sebelum fermentasi asam cuka, gula yang
berasal dari bahan dasar difermentrasikan menjadi alkohol, sehingga yeast yang
dipakai harus diseleksi, demikian juga faktor faktor yang mempengaruhi selama fermentasi
menjadi alkohol harus diperhatikan.
d. Keasaman
Kadar alkohol terbaik dan dapat segera
difermrntasikan 10-13%. Bila kadar alkohol 14% atau lebih maka oksidasi alkohol
menjadi asam cuka tidak atau kurang sempurna sebab perkembangan bakteri asam cuka
terhambat. Sedang bila kadar alkohol rendah mungkin akan banyak vinegar yang
hilang bahkan pada konsentrasi alkohol 1-2% ester dan asam cuka akan dioksidasi
yang mengakibatkan hilangnya aroma dan flavor( aroma dan flavor menjadi jelek).
e. Supporting medium/
bahan penyangga
Bahan penyagga ini dimaksudkan untuk
memperluas permukaan yang berhubungan dengan udara serta tempat melekatnya
koloni bakteri bakteri asam cuka sehingga proses fermentasinya menjadi lebih
cepat. Sebagai bahan penyangga dapat dipakai chips/ pasahan/ tatal kayu, arang,
ranting anggur, tongkol jagung, dan sebagainya. Bahan penyangga tersebut tidak
boleh bersifat racun, serta tidak boleh mengandung besi, tembaga, sulfur, atau
ion ion lainnya yang mempengaruhi vinegar.
f. Suhu
f. Suhu
Suhu selama fermentasi
mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri asam cuka. Bila suhu:
12-15˚C : pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi gemuk, pendek.
42-45˚C : sel bakteri akan memanjang membentuk semacam mycelium yang tidak bersekat
15-34˚C : pertumbuhan sel normal dan cepat Untuk fermentasi asam cuka suhu yang paling sesuai 26,7-29,4˚C, sebab bila suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi akan banyak alkohol yang menguap bersama-sama dengan bahan bahan volatile yang membentuk flavor dan aroma dari asam cuka sehingga asam cuka yang dihasilkan akan mempunyai flavor ataupu aroma yang kurang sedap/ enak.
12-15˚C : pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi gemuk, pendek.
42-45˚C : sel bakteri akan memanjang membentuk semacam mycelium yang tidak bersekat
15-34˚C : pertumbuhan sel normal dan cepat Untuk fermentasi asam cuka suhu yang paling sesuai 26,7-29,4˚C, sebab bila suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi akan banyak alkohol yang menguap bersama-sama dengan bahan bahan volatile yang membentuk flavor dan aroma dari asam cuka sehingga asam cuka yang dihasilkan akan mempunyai flavor ataupu aroma yang kurang sedap/ enak.
Kegunaan
Asam Asetat
a. Penambah
rasa pada makanan dalam industri makana
b. Memperbaiki
flavor pada pembuatan mayonaise
c. Memperbaiki
flavor dan pengawet pada pembuatan acar
d. Antiseptic
e.
Mencegah tumbuhnya jamur pada roti
Prinsip
Pembuatan cuka memerlukan dua proses fermentasi yaitu :
1. Perubahan
gula menjadi alkohol oleh khamir
2.
Perubahan alkohol menjadi asam
cuka, dilakukan bakteri asam cuka.
Tahap – tahap
fermentasi cuka :
a. Fermentasi Alkohol
Sel khamir yang biasa digunakan dalam
fermentasi alkohol adalah galur – galur dari spesies Saccharomyces cereviceae.
Proses fermentasi alkohol hampir tidak pernah bebas dari kontaminasi, kecuali
bila dilakukan sanitasi yang memadai baik terhadap lingkungan maupun alat yang
digunakan. Tahap fermentasi alkohol untuk memproduksi asam cuka dapat dilakukan
tanpa memerlukan pengaturan suhu, terutama bila dilakukan dalam skala kecil,
karena suhu lingkungan sesuai untuk pertumbuhan dan aktivitas sel khamir. Reaksi yang terjadi adalah:
C6H12 O6 +S.Cereviceae →
C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol
b. Fermentasi
Asetifikasi (Asam Cuka)
Asetifikasi adalah proses oksidasi
etanol oleh bakteri menjadi asam asetat dan air. Golongan bakteri yang
mengoksidasi etanol menjadi asam asetat disebut sebagai bakteri asam asetat.
Bakteri yang biasa digunakan adalah Acetobacter aceti. Secara kimia proses
oksidasi tersebut adalah :
C2H5 OH + O2 + Acetobacter aceti → CH3 COOH + H2 O
Etanol
oksigen As.Asetat Air 132 Asam cuka tidak boleh kontak dengan udara, sebab
dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi air dan karbondioksida. Oleh karena itu Asam cuka harus dalam keadaan tertutup
rapat. Reaksinya menjadi:
CH3 COOH + 2O2 → 2H2 O + 2CO2
Macam Macam Acetobacter
pada Asam Cuka
a.
Acetobacter xylinum
Mengandung selulosa yang
identik dengan selulosa kapas dalam mengabaikan sinar X. Hal ini biasanya untuk
mengadakan oksidasi. Adanya makanan dapat dibuktikan dengan sejenis asam
organik dan senyawa lain dalam medium murni yang mengandung substrat zat organik
seperti selulosa, bakteri notrogen bebas. Genus Acetobacter termasuk organisme
aerob.
b.
Acetobacter sub-oxydans
Bakteri asam asetat dipakai untuk oksidasi
asam gula sorbitol untuk sarbose yang dipakai pada produksi vitamin C dan
oksidasi gliserol untuk dehidrasi aseton. Bakteri ini mempunyai kecenderungan
kecil-kecil untuk proses yang lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
MS.Phd. Diktat Mikrobiologi Industri . Jurusan Teknik Kimia Fakult
Universitas Diponegoro : Semarang
Universitas Diponegoro : Semarang
Alba,
S. Humpey NE and Miks.1973. Biochemical Engineering 2nd. Accadem Press : New York
Santosa,
Hieronymus. Budi. 1995. Teknologi Tepat Guna. Yogyakarta: Penerbi
Kanisius. Hal 17-25.
Kanisius. Hal 17-25.
Suwaryono,
Oyon. 1988. Fermentasi Bahan Makanan Tradisional. Yogyakarta :
Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada. Hal 15 - 20
0 komentar:
Posting Komentar